Sabtu, 27 Juli 2013

SHUBUH RAMADHAN, MASJID MUJAHIDIN PONTIANAK

SHUBUH RAMADHAN DI MUJAHIDIN

Suasana masih agak gelap, maklum hari masih sekitar jam 4 pagi... Kota Pontianak yang biasa diselimuti asap, selama Ramadhan ini AlhamdulIllah jauh berkurang boleh dikatakan hampir tidak ada, suasana pagi itu masih sepi tapi cuaca lumayan dingin.. semalam turun hujan gerimis dan cukup membasahi lahan rumput didepan “asrama” saya...  Apakah itu pertanda malamnya Lailatur Qadar atau sekedar fenomena menyambut 17 ramadhan, waAllahu alam....

Bagi pelaksana ibadah puasa ramadhan jam 4 pagi lebih sedikit adalah waktunya injury time, masjid sekitar “asrama” biasanya mulai menyiarkan waktu imsyak, waktu untuk bersiap memulai puasa dan bersiap shalat shubuh... dan waktu itu penting, kadang udara dingin yang menggoda untuk lelap lagi, atau udara bau masakan yang tersisa dari “lomba masak sahur” dari penghuni yang masih tersisa sampai ke kamar saya di lantai atas, bisa menggoda perut ingin terus bermain dengan makanan, tapi kewajiban shalat dan puasa harus dilaksanakan..

Bagi saya sahur merupakan hal utama untuk bisa melaksanakan puasa dengan tenang karena kenyang bisa membuat kita kuat dan tenang dalam melaksanakan ibadah puasa siang harinya, dan juga katanya so pasti ada keberkahan diantaranya, sebagaimana hadits RasulAllah... 
Dari Anas bin Malik RadhiAllahu anhu, Nabi Muhammad ShallAllahu Alaihi Wasallam berkata: "Bersahurlah kalian, karena didalam sahur tedapat barokah" (HR. Al-Bukhari dan Muslim). 

Dari Abu Said Al-Khudri RadhiAllahu anhu, Nabi Muhammad ShallAllahu Alaihi Wasallam berkata: " Makan sahur itu berkah, maka janganlah kalian tinggalkan meskipun salah seorang dari kalian hanya minum seteguk air, karena sesungguhnya Allah 'Azza Wajalla dan Para malaikatNya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur" (HR. Ahmad).


Makan sahur bagi saya wajib hukumnya bila masih ada persediaan makanan dan dalam keadaan tidak tidur. (La... iyalah kalau ndak ada makanan mau makan sahur apa.. dan kalau tidur mana bisa makan.. kata tetangga asrama saya sedikit cerah mukanya... maklum ia makan sahur sepertinya dengan ayam kentucky sehingga bisa buat wajah cerah walaupun sudah tua (gambar iklannya)).
Untungnya saya sudah persiapkan makan sahur sejak jam 3 pagi, jadi pada waktu jam 4 saya hanya meminum minuman teh manis hangat “ala asrama”.... sambil menikmati hangatnya teh mata sesekali tetap melirik ke jam di Hp.

“Kukuruyuk...” hp saya berbunyi tertanda waktu yang saya stel alarm jam 04.12 berbunyi, terlihat jam di hp saya memang tertera 04.12... sayapun bergegas.. membersihkan diri-mandi-gosok gigi... sesuai perbuatan Rasul yang selalu membersihkan diri ketika akan melaksanakan shalat... dan mandi menjelang shubuh adalah bisa membuat badan lebih segar.. kata ahli kesehatan dan itulah kegiatan harian.

Dalam perjalanan shubuh hari Sabtu 27 Juli 2013 ramadhan ke-18 yang saya lalui, terdapat hal yang berbeda dari biasanya.... saya biasa melaksanakan shubuh lebih banyak di 2 tempat Masjid Ash-Shobirin jalan Sumatera, atau Masjid Raya Mujahidin jalan A.Yani.. Entah pagi ini saya memutuskan shubuh di Mujahidin karena tadi waktu mandi terlalu lama sehingga tak terasa sudah jam 04.28 dan saya tahu Mujahidin mempunyai tenggang waktu yang cukup untuk memulai shubuh sampai saya tiba... karena disini untuk shalat sunah sebelum shalat wajib ada sekitar 5 menit waktunya tertera pada jam digital masjid.

Setibanya di Masjid Mujahidin saya bergegas melaksanakan shalat sunah fajar yaitu shalat sunnah yang dilaksanakan sebelum shalat subuh, diantara azan dan shalat shubuh adalah lebih baik, kata hadits...
Saat iqomah berkumandang saya berjalan untuk pindah posisi shalat dari wing barat ke ke wing timur Masjid Mujahidin, karena ada sebabnya....(dekat speaker tempat yang baik untuk merekam kuliah shubuh dengan hp).

Sambil berjalan menuju posisi shalat saya bertemu pak Basri Kepala Seksi PKN 3 Kanwil DJKN kalbar, saya sudah beberapa kali bertemu saat shalat shubuh disini, seperti biasa juga dengan jaket jas warna hitamnya memang sih membuat wajahnya lebih muda dari biasanya...
“Assalamu alaikum...warahmatUllahi wabarakatuh...”kata saya,
“Wa’alaikum salam warahmatUllahi wabarakatuh ..”kata pak Basri tersenyum, membuatnya makin muda.
setelah say-hello dan berjabat tangan, saya teruskan menuju posisi shalat saya wing timur...

Setelah shalat shubuh usai dan berdo’a, sayapun bergeser kedudukan dari shaf pertama ke belakang agak mundur...
Disaat membaca do’a lanjutan, tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri dengan kopiah mirip pak haji... saya kira pengurus masjid mau menegur saya karena beberapa kali saya mengeluarkan hp untuk merekam kuliah shubuh.....


Setelah dekat, tampak jelas yang mirip pak haji adalah pak Anugrah Komara Kepala Kanwil DJKN Kalbar, atasan saya di kantor... AlhamdulIllah dalam hati saya, karena beliau berkenan mengikuti sholat shubuh dan mau mendengarkan kuliah shubuh selama 30 menit seusai sholat shubuh... 
Itulah rahmat Tuhan bagi saya karena selama perjalanan jabatan di Kanwil, baru saat Ramadhan kali ini saya bertemu Kakanwil yang bisa bersama shalat shubuh disuatu masjid raya.  

Saat salaman saya mencoba cium tangan beliau tapi ditariknya tangannya, karena dia tau apa yang akan saya lakukan. Saya bukan meninggikan beliau tapi itulah tanda saya hormat dengan seseorang yang bisa membuat saya terkagum dengan sesuatu hal saat itu.
Selamat Bergabung Pak, menjadi Mujahidin Shubuh Club” kata saya sambil menyilahkan beliau duduk disebelah saya. “Terimakasih... “jawab beliau dengan senyum khasnya...
Saya masih memandang beliau, ini suatu mukjizat Allah Yang Maha Kuasa, karena semalam saat mau tidur saya sempat bermohon seandainya saya bisa bersama pak Kanwil sholat shubuh bersama, insyaAllah.

Ternyata doa saya terkabul, tapi untungnya pak Kanwil tidak tahu do’a saya semalam dan itulah sebabnya kenapa saya pandang wajahnya.. dalam hati saya lagi seandainya Pak Tri Suwarto (anggota MSC) belum pensiun pasti ikut gabung dalam area Mujahidin Shubuh Club (MSC)..SubhanAllah Wabihamdi..
       
Kuliah shubuh usai, kami... Pak Anugrah Komara, kakanwil DJKN Kalbar, pak Widya Sananda, Kabid Lelang, dan pak Basri, Kasi PKN 3. Masih melanjutkan “obrolan ramadhan”........ sampai terbitnya matahari pagi.
“Terasa sejuk.. pontianak kalau diwaktu shubuh..”kata pak Anugrah...
“Iya.. Pak. Apalagi saat ini cuaca pagi cukup dingin, sehingga hawa terasa menyegarkan..” kata pak Basri dengan analisa kesehatannya sambil sedikit rebahan.
“Iya sih... apalagi kalau mandi sebelum shubuh pak... lebih segar dan fresh...”pak Nanda panggilan pak Widya Sananda menambahkan..
Obrolan semakin hangat begitupun cuaca pagi dan matahari mulai bersinar mengiringi perpisahan pagi.

Itulah salah satu kenikmatan bulan Ramadhan kali ini, Bulan Maghfirah... pak Kanwil dan saya bisa bersama melaksanakan sholat shubuh di masjid raya Mujahidin, sambil menikmati rahmat Allah yang Maha Pencipta hawa sejuk dan segar pagi kota Pontianak, semoga ini menjadi awal kebersamaan dalam kegiatan shubuh bersama, InsyaAllah, amin...


Wi Nanda (asrama Surya jingga)

Rabu, 24 Juli 2013

TARAWIH, QIYAM RAMADHAN

SHOLAT TARAWIH

Kenapa setiap ramadhan banyak kaum muslim melakukan shalat tarawih bersama, terutama di masjid-masjid... Hal ini sering menjadi pertanyaan saya sewaktu masih kecil.. dan saat ini dari penglihatan saya selama mengikuti shalat tarawih pada beberapa masjid di kota Pontianak, terdapat beberapa cara pelaksanaannya, jumlah rakaat shalat tarawih satu masjid bisa berbeda dengan masjid di dekatnya walau mereka berada dalam satu jalan raya, berapa sih sebenarnya jumlah rakaat shalat tarawih yang baik mengikuti apa yang dilakukan RasulAllah... dalam perjalanan hidup saya sering mencari tahu melalui pengalaman, mengikuti ceramah  dan bacaan terkait tarawih akan diuraikan dalam tulisan ini..

Kata “tarawih” adalah bentuk plural dari kata “tarwihah”, yang secara kebahasaan memiliki arti “ mengistirahatkan” atau “duduk istirahat”. Maka dari sudut bahasa, shalat tarawih adalah shalat yang banyak istirahatnya. Kemudian, tarawih dalam nomenklatur Islam digunakan untuk menyebut salat sunah malam hari yang yang dilakukan hanya pada bulan Ramadan
Pada masa Rasul tidak ada istilah “shalat tarawih”. Dalam hadis-hadisnya, Rasul tidak pernah menyebut kata itu.
Dan kata yang digunakan adalah “qiyam ramadhan”. Mengenai istilah “tarawih” baru muncul dari penuturan Aisyah radhiyallahu ‘anha, isteri Rasul. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Aisyah r.a. mengatakan
“Nabi shalat malam empat rakaat, kemudian yatarawwahu (istirahat). Kemudian kembali shalat. Panjang sekali shalatnya.

Qiyam ramadhan atau Shalat Tarawih adalah merupakan suatu shalat malam hari (Qiyamul lail) yang dilakukan pada bulan Ramadhan, merupakan shalat sunnah yang dianjurkan bahkan merupakan shalat sunnah yang dikuatkan (mu’akkad) yaitu shalat yang hampir serupa dengan shalat fardhu.
Perbedaan shalat tarawih dengan shalat malam lainnya (tahajjud) adalah untuk shalat tarawih tidak disyariatkan untuk tidur terlebih dahulu dan shalat tarawih hanya khusus dikerjakan di bulan Ramadhan. Sedangkan shalat tahajjud adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah bangun tidur dan dilakukan di malam kapan saja  diluar bulan ramadhan.

Para ulama sepakat bahwa shalat tarawih hukumnya adalah sunnah (dianjurkan). Bahkan menurut ulama Hanafiyah, Hanabilah, dan Malikiyyah, hukum shalat tarawih adalah sunnah mu’akkad (sangat dianjurkan). Shalat ini dianjurkan bagi laki-laki dan perempuan. Shalat tarawih merupakan salah satu syi’ar Islam.
Imam Asy Syafi’i, mayoritas ulama Syafi’iyah, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan sebagian ulama Malikiyah berpendapat bahwa lebih afdhol shalat tarawih dilaksanakan secara berjama’ah sebagaimana dilakukan oleh ‘Umar bin Al Khattab dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Kaum muslimin pun terus menerus melakukan shalat tarawih secara berjama’ah karena merupakan syi’ar Islam yang begitu nampak.

Adapun penekanan dari sholat tarawih sebagai yang dianjurkan bagi kaum muslim adalah:
Sebagaimana tertulis dalam suatu hadits, dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lalu beliau bersabda,  “Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.”

Hal ini sekaligus merupakan anjuran agar kaum muslimin mengerjakan shalat tarawih secara berjama’ah dan mengikuti imam hingga selesai dan dari penjelasan hadits tersebut, maka shalat tarawih merupakan seutama-utamanya shalat.
Adapun para ulama Hanabilah (madzhab Hambali) mengatakan bahwa seutama-utamanya shalat sunnah adalah shalat yang dianjurkan dilakukan secara berjama’ah. Karena shalat seperti ini hampir serupa dengan shalat fardhu maka dengan dianjurkannya sholat tarawih secara berjamaah merupakan suatu sholat sunnah yang berkedudukan mendekati sholat fardhu.

Apakah sholat tarawih itu wajib dilaksanakan secara berjamaah, dimasjid atau bisa dilakukan secara sendiri..
Dalam suatu hadits shahih yaitu hadits yang mempunyai urutan penyampaian yang kuat atau jelas, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha telah mengabarkan bahwa, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam keluar di tengah malam untuk melaksanakan shalat di masjid, orang-orang kemudian mengikuti beliau dan shalat di belakangnya. 

Pada waktu paginya orang-orang membicarakan kejadian tersebut. Kemudian pada malam berikutnya orang-orang yang berkumpul bertambah banyak lalu ikut shalat dengan beliau. Dan pada waktu paginya orang-orang kembali membicarakan kejadian tersebut. Kemudian pada malam yang ketiga orang-orang yang hadir di masjid semakin bertambah banyak lagi, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar untuk shalat dan mereka shalat bersama beliau. Kemudian pada malam yang keempat, masjid sudah penuh dengan jama’ah hingga akhirnya beliau keluar hanya untuk shalat Shubuh. Setelah beliau selesai shalat Fajar, beliau menghadap kepada orang banyak membaca syahadat lalu bersabda: “Amma ba’du, sesungguhnya aku bukannya tidak tahu keberadaan kalian (semalam). Akan tetapi aku takut shalat tersebut akan diwajibkan atas kalian, sementara kalian tidak mampu.”

Dari beberapa pengetahuan penulis diatas, dapatlah disimpulkan bahwa shalat tarawih adalah shalat malam di bulan ramadhan, sifatnya sunnah mu’akkad, sebaiknya dilakukakan secara berjamaah sebagai syiar Islam, namun tidak melarang dilakukan secara sendiri. Tetapi untuk hal ini penulis lebih menganjurkan agar dilakukan secara berjamaah bila dimungkinkan dilakukan didalam masjid, karena banyak hadits yang menyatakan bila shalat berjamaah akan memperoleh berlipatganda pahala shalatnya, ditambah lagi dilakukan di bulan ramadhan yang sudah tentu akan dilipatgandakan lagi.

Sebagaimana khutbah Rasululah saw pada akhir bulan Sa`ban “Hai manusia, bulan yang agung, bulan yang penuh berkah telah menaung. Bulan yang didalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang padanya Allah mewajibkan berpuasa. Qiyamullail disunnahkan. Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu,nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan” (Hadis- riwayat Bukhari-Muslim).

Jadi sebaiknya dipilih mana yang diperbanyak pahalanya, sebagai bekal kelak diakhirat nanti, hitung-hitung untuk menutupi dosa yang telah diperbuat...
Mari kita syiarkan Islam dengan melaksanakan shalat tarawih berjamaah. InsyaAllah.

Berapa sih jumlah rakaatnya... ini juga sering menjadi perdebatan, tapi sesungguhnya apa yang dilakukan dalam menunaikan shalat malam terutama tarawih adalah baik sepanjang memnuhi syarat dan rukunnya.

Dalam suatu tulisan mengenai rakaat shalat tarawih dan juga yang pernah penulis dengar dari beberapa pengajian, disebutkan bahwa dalam kitab Al-Ikhtiyaaraat, Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan perbedaan riwayat mengenai jumlah rakaat yang dilakukan pada saat itu: ada yang mengatakan 13 rakaat, ada yang mengatakan 21 rakaat, ada yang mengatakan 23 rakaat.
Sheikh al-Islam Ibn Taymiyah berpendapat, "Jika seseorang melakukan shalat tarawih sebagaimana mazhab Abu Hanifah, As-Syafi'i dan Ahmad yaitu 20 rakaat atau sebagaimana Mazhab Malik yaitu 36 rakaat, atau 13 rakaat, atau 11 rakaat, maka itu yang terbaik. Ini sebagaimana Imam Ahmad berkata, Karena tidak ada apa yang dinyatakan dengan jumlah, maka lebih atau kurangnya jumlah rakaat tergantung pada berapa panjang atau pendek qiamnya."

Seorang Mufti Saudi Arabia, Al-'allaamah Sheikh Abdulah bin Baaz ketika ditanya tentang jumlah rakaat tarawih, termasuk yang mendukung shalat tarawih 11 atau 13 rakaat, namun beliau tidak menyalahkan mereka yang meyakini bahwa yang dalilnya kuat adalah yang 20 rakaat.
Beliau rahimahullah berkata, "Shalat Tarawih 11 rakaat atau 13 rakaat, melakukan salam pada setiap 2 rakaat dan 1 rakaat witir adalah afdal, meniru cara Nabi SAW. Dan, siapa pula yang sholatnya 20 rakaat atau lebih maka juga tidak salah."
Perlu diketahui, shalat tarawih yang berlangsung sampai saat ini di kedua masjid besar dunia, Masjid Al-Haram Makkah dan masjid An-Nabawi Madinah, adalah 20 rakaat dan 3 rakaat witir, meski mufti negara punya pendapat yang berbeda.

Namun untuk menambah khazanah kita tentang rakaat RasulAllah, dapat dilihat pandangan dari beberapa Hadits, yaitu Ketika Ibnu Abas ditanya oleh Sa’id bin Hisyam, ia berkata: “Maukah engkau kutunjukkan orang yang paling mengetahui dari antara penghuni bumi ini pada witir Rasulullah saw.?’ Saad bertanya,’Siapakah? Ibnu Abas menjawab,’Aisyah, maka datanglah kepadanya dan bertanyalah”.

Ada suatu pandangan, yaitu apabila terjadi perbedaan pendapat pada shalat malam RasulAllah saw. dengan para sahabatnya, maka riwayat Aisyah-lah yang harus didahulukan sebelum yang lainnya selama kedudukannya shahih, karena ia yang paling mengetahui tentang shalat Malam Rasulullah saw. Karena itu tidak mengherankan bila banyak di antara tabi’in yang bertanya kepada Aisyah tentang shalat malam Rasul, antara lain: Abdullah bin Syaqiq, Abdullah bin Abu Qais. Menurut para tabi’in yang paling mengetahui shalat malam Rasul adalah Aisyah, dibandingkan dengan para sahabat lainnya, karena Nabi sering melakukannya waktu bermalam di Aisyah.

Mengenai jumlah rakaatnya, Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha ditanya oleh Abu Salamah bin Abdurahman: “Bagaimana (cara) shalat Rasulullah saw. pada malam bulan Ramadhan ? Ia (Aisyah) menjawab, ‘Tidaklah Rasulullah saw. menambah pada bulan Ramadhan, (juga) pada bulan yang lainnya, dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat, dan engkau jangan bertanya tentang baik dan panjangnya, beliau shalat (lagi) empat rakaat, dan jangan (pula) engkau bertanya tentang baik dan panjangnya”, kemudian beliau shalat tiga rakaat. Aisyah berkata, “Aku bertanya wahai Rasulullah ! Apakah engkau tidur sebelum witir ?” Beliau menjawab, ”Hai Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, tapi hatiku tidak tidur “. (Hadits Riwayat Al-Bukhari).

Saat ini pelaksanaan shalat Tarawih duapuluh rakaat, sudah pula merupakan amalan yang diterima masyarakat luas.
Menurut Ibnu Abdil Barr, hadis tentang shalat Tarawih duapuluh rakaat itu adalah shahih, yaitu berasal dari Ubay binKa’ab tanpa ada shahabat yang menentangnya.”
Imam At-Tirmidzi, menulis: “Mayoritas para ulama mengamalkan riwayat dari Umar, Ali dan shahabat-shahabat Nabi saw lainnya yang shalat Tarawih duapuluh rakaat”.
Inilah pendapat Sufyan al-Tsauri, Ibn al-Mubarak, dan al-Syafi’i.
Bahkan al-Syafi’i menambahkan: “Demikianlah yang aku ketahui di Mekkah. Mereka shalat dengan duapuluh rakaat.”
Ibnu Rusyd, dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid,berkata, “Imam Malik, dalam salah satu pendapatnya, Imam Abu Hanifah, Imam Al-Syafi’i, Imam Ahmad, dan Imam Abu Dawud memilih shalat qiyam Ramadhan(Tarawih) dengan duapuluh rakaat selain shalat witir.”

Bagaimana dengan jumlah rakaat selain duapuluh. Perlu kita lihat juga pandangan Guru Besar Ilmu Hadits IIQ-jakarta, Proffesor Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, komisi fatwa MUI dan Imam Besar Masjid Istiqlal, terkait qiyam ramadhan atau yang dikenal shalat tarawih, beliau mendalilkan dengan perkataan RasulAllah, Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharap pahala kepada-Nya, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari).
Dari hadits ini, menurut pendapat beliau sama sekali tidak menyinggung banyaknya rakaat qiyam ramadhan dan juga tidak membatasinya, sehingga untuk yang akan melakukan qiyam ramadhan atau shalat tarawih 4 rakaat, 8 rakaat silahkan, mengerjakan 20 rakaat ya silahkan, atau mau lebih dibolehkan saja, yang terpenting dalam pelaksanaan qiyam ramadhan adalah kualitas shalat tetap terjaga, ikhlas, khusu’,baik dan sesuai aturan terkait shalatnya.

Dengan beberapa tulisan diatas, penulis berharap perbedaan pelaksanaan rakaat qiyam ramadhan atau shalat tarawih bukan hal yang perlu diperdebatkan, tetapi menjaga kualitas shalat yang utama untuk tetap terjaga, disamping pelaksanaan shalat tarawih ini sangat mempengaruhi syiar Islam. Mari kita meningkatkan iman dan taqwa kita disaat Bulan Ramadhan, Bulan Maghfirah bersama kita. Semoga Allah senantiasa memberikan hidayahNya kepada kita semua, amin.

**diambil dari beberapa sumber dan artikel tentang qiyam ramadhan-red.

Senin, 22 Juli 2013

RAMADHAN SYAHRUL MAGHFIRAH

 RAMADHAN – SYAHRUL-MAGHFIRAH

Tak terasa inilah Ramadhan ke-3 yang saya nikmati dalam perjalanan tugas saya di Pontianak. Setiap Ramadhan selalu memberikan suatu perasaan haru dan bahagia. Terharu bahwa saya tidak bisa mendampingi keluarga dan orangtua saya secara keseharian menikmati indahnya Ramadhan. Bahagia bahwa saya masih diberikan nikmat Allah Azza wa Jalla untuk dapat melaksanakan ibadah Ramadhan. Subhanallah Wa Bihamdihi SubhanAllahil Azim, Allah Maha Besar.

Perjalanan menikmati indahnya bulan Ramadhan telah penulis lakukan sejak berusia 10 tahu, dimana saat itu hanya mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Ayahanda KH Ismael Hassan SH. almarhum, sebulan penuh dilaksanakan puasa Ramadhan, dan keharuan terjadi adalah saat telah terselesaikannya puasa Ramadhan sebulan penuh, terngiang kata-kata beliau “Inilah anakku yang dapat melaksanakan sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa, InsyaAllah akan selalu membawa kebaikan dimasa yang akan datang”. Duh bangganya saat itu mendapat pujian beliau, Semoga Allah Yang Maha Kuasa selalu memberikan rahmatNya kepada Ayahanda dialam kuburnya, Amin.

Dalam perjalanan melaksanakan ibadah bulan suci Ramadhan disaat masih kanak-kanak dahulu, seringkali bertanya dalam hati apasih yang menjadikan orang selalu menyebutkan bulan Ramadahn sebagai bulan ampunan, dalam perjalanan waktu saya berusaha memahami makna bulan Ramadhan, terutama pemahaman terhadap bulan Ramadhan, yang selalu disebut suatu bulan maghfirah, dalam tulisan ini saya mencoba berbagi mengenai kebesaran bulan Ramadhan yang selalu dinantikan oleh kaum muslim seluruh dunia.

Dari beberapa tulisan disebutkan bahwa Ramadhan berasal dari akar kata Arab ramidha atau arramadh yang berati panas terik matahari yang intens dan kering, terutama tanah. Dari akar yang sama ada ramdhaa, pasir terjemur. Dalam arti bebas pengertian Ramadhan adalah merupakan suatu saat atau bulan yang panas bagi manusia guna membakar segala dosa yang telah dilakukannya.

Ramadhan merupakan suatu bulan yang sangat utama, yang sangat dinantikan bagi orang yang beragama islam, suatu bulan sebagai penghulu segala bulan, sebagimana yang disebutkan dalam Hadis nabi “Bulan yang paling utama adalah bulan Ramadhan, dan hari yang utama adalah hari Jumat”. Selanjutnya nabi bersabda ”Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang penuh berkah, pada bulan itu Allah swt memberikan naungan-Nya kepada kalian. Dia turunkan rahmat-Nya, Dia hapuskan kesalahan-kesalahan (dosa-dosa), dan dia kabulkan do`a, pada bulan itu Allah swt akan melihat kalian berpacu melakukan kebaikan. Para malaikat berbangga dengan kalian, dan perlihatkanlah kebaikan diri kalian kepada Allah. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat Rahmat Allah swt”. (Riwayat Ath-Thabrani)

Dari pengertian kata Ramadhan saja sudah menunjukkan betapa hebatnya bulan Ramadhan, bulan yang disebutkan oleh beberapa perawi hadits shahih disebutkan mempunyai  beberapa keutamaan, antara lain:

Syahrul (bulan) Ramadhan sebagai syahrul azhim (bulan yang sangat agung). 
Azhim merupakan salah satu nama dan sifat Allah. Adalah juga untuk menunjukkan kekaguman terhadap kebesaran dan kemuliaan sesuatu. Ramadhan mulia dan agung, karena Allah sendiri telah mengagungkan dan memuliakannya.

Syahrul Ramadhan sebagai syahrul mubarak (bulan yang penuh keberkahan). Bulan ini penuh berkah, berdayaguna dan bermanfaat. Setiap detik waktu yang berjalan pada bulan suci ini, ia bagaikan titik cahaya keimanan, rangkaian mata berlian yang sangat berharga bagi orang beriman. Karena semua apa yang dilakukan baik secara sembunyi maupun nyata akan  diberkahi dan amal ibadahnya dilipatgandakan.

Khutbah Rasululah saw pada akhir bulan Sa`ban “Hai manusia, bulan yang agung, bulan yang penuh berkah telah menaung. Bulan yang didalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang padanya Allah mewajibkan berpuasa. Qiyamullail disunnahkan. Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban padabulan itu,nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan (Hadis- riwayat Bukhori-Muslim).

Syahrul Ramadhan sebagai syahru shiyam (bulan melaksanakan puasa). Pada bulan Ramadhan setiap muslim yang mampu diwajibkan untuk berpuasa, perjalanan bulan Ramadhan dari awal hingga akhir adalah keharusan kita menegakkan satu dari lima rukun (tiang) Islam yang sangat penting, yaitu shaum (puasa).
Keberkahan yang Allah limpahkan terhadap orang yang melaksanakan puasa Ramadhan telah dijanjikan Allah, sebagaimana perkataan RasulAllah yang diriwayatkan beberapa perawi Hadits.

“Ada tiga macam orang yang doanya tidak ditolak, dan orang yang shaum hingga berbuka,imaam yang adil ,dan orang yang didzalimi ,diangkat oleh Allah sampai di bawah awan di hari kiamat nanti, dan dibukakan baginya semua pintu langit,lalu Allah berfirman : demi Kemuliaan-Ku, Aku benar-benar akan menolongmu, sekalipun sesudahnya.” (H.R. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
”Sesungguhnya bagi orang yang shaum pada saat berbukanya terdapat doa yang tidak tertolak”. (H.R. Ibnu Majah dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu 'Anhu).

Abu Sa’id al-Khudri ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengetahui batas-batasnya, dan ia menjaga diri dari segala apa yang patut dijaga, dihapuskanlah dosanya yang sebelumnya." (HR Ahmad dan Baihaqi).

Syahrul Ramadhan sebagai syahru nuzulil qur'an


“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-quran sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan bagi petunjuk, dan furqan (pembeda).” (Al-Baqarah [2]: 185).

Keutamaan membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadhan adalah merupakan suatu kebaikan yang dijanjikan akan dilipatkan gandakan pahalanya oleh Allah Yang Maha Pemurah dibandingkan dengan membacanya pada hari-hari biasa, sebagaimana sabda RasulAllah mengenai keutamaan membaca Al-Qur’an.
"Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR At-Tirmidzi).

“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam orang yang paling dermawan, dan lebih-lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan, kemudian Malaikat Jibril menjumpainya setiap malam Ramadhan untuk bertadarus Al-Quran, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun tampak lebih dermawan lagi dalam berbuat kebaikan (sepanjang bulan Ramadhan) melebihi cepatnya angin bertiup.” (H.R. Bukhari dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhu).

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. (1) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (3) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (4) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (5). (Q.S. Al-Qadar / 97 : 1-5).

Syahrul Ramadhan sebagai syahrul musawwah (bulan santunan). 


Di bulan Ramadhan ini adalah merupakan suatu bulan santunan, yaitu setiap muslim yang mampu diwajibkan untuk dapat memberikan kelebihan rezekinya, menyantuni, menderma kepada  hamba Allah yang saat itu ditimpa kemalangan, tidak mampu berbuat mencukupi hidupnya, maka sangat dianjurkan bagi setiap Muslim untuk memberikan sebagian rezekinya sebagai bentuk kasih sayang dengan sesamanya yang keadaannya jauh memprihatinkan daripada kita, dan yang utama dibulan Ramadhan ini adalah setiap muslim diwajibkan untuk membayarkan zakat fitrah untuk diberikan (santunan) kepada hamba Allah yang tergolong tidak mampu dan membutuhkannya.

“Barangsiapa yang memberi makan berbuka shaum, maka ia memperoleh pahala sama dengannya, hal tersebut tidak mengurangi pahala orang yang shaum barang sedikitpun.” (H.R. Ahmad dari Zaid Ibnu Khalid Al-Juhani Hudzaifah Radhiyallahu ‘Anhu).
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Q.S. At-Taubah / 9 : 103).

“Rasulullah telah memfardhukan zakat fitrah untuk membersihkan orang yang shaum dari omongan yang tidak ada manfaatnya dan dari omongan yang kotor, serta untuk memberi makanan pada orang-orang miskin. Barangsiapa mengeluarkannya sebelum shalat (‘idul fithri) maka baginya zakat yang diterima, dan barangsiapa yang mengeluarkannya sesudah shalat (‘idul fithri) maka baginya hanya shadaqah dari shadaqah biasa”. (H.R. Abu Dawud dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhu).

Syahrul Ramadhan sebagai syahrus shabr (bulan sabar). Bulan Ramadhan melatih jiwa Muslim agar dapat tahan uji dan mampu memikul suatu tanggungjawab,  senantiasa harus sabar tidak mengeluh karena kesabaran merupakan suatu kekuatan jiwa dan spiritual dari segala bentuk kelemahan mental, spiritual, dan operasional. Orang bersabar akan selalu bersama Allah sedangkan balasan orang-orang yang sabar adalah surga.
Untuk mengetahui Ramadhan sebagai Bulan Kesabaran, sudah tentu dirasakan oleh muslim yang berpuasa, disaat badan lemah, haus dan suhu tubuh yang sering hangat hingga panas, disaat itu untuk melakukan kegiatan sehari-hari akan terasa berbeda dari saat diluar Ramadhan, namun dengan tekad memperoleh ridho Allah segala hambatan maupun tantangan untuk membatalkan puasa harus dihadapi dengan kesabaran dan keikhlasan beribadah puasa.

Biasanya ujian kesabaran ini sering datang pada saat kita semakin terasa dekat kepada nikmat Allah, ujian masalah keluarga, pekerjaan maun kehidupan sehari-hari akan menjadi suatu taburan kecemerlangan ibadah orang yang berpuasa dengan sabar dan sesuai hisabnya, insyaAllah syurga balasannya.

Keutamaan Ramadhan tersebut diatas, tidaklah dimiliki oleh bulan lainnya dalam perjalanan waktu satu tahun kehidupan, sehingga pantaslah bila disebut bulan Ramadhan bulan yang sempurna, bulan yang utama penuh dengan kenikmatan yang diberikan Allah Yang Maha Pencipta, Maha Rahman dan Maha Rahim terhadap hambaNya.

Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad s.a.w., sabdanya:
“Apabila dimulainya malam yang pertama dari bulan Ramadhan, menyerulah malaikat, berkata: “Wahai orang-orang yang melakukan kebaikan!  Tampillah mengerjakannya dan wahai orang-orang yang hendak melakukan kejahatan!  Berhentilah dari meneruskannya; (ketahuilah), Allah Taala banyak membebaskan orang-orang yang dijanjikan dengan neraka – daripada memasukinya”. Seruan dan keampunan yang demikian, diberikan pada tiap-tiap malam (dalam bulan Ramadhan).”  (Hadits Riwayat Tirmizi dan Nasa’i)

Dalam suatu Hadits, RasulAllah SAW. Menyatakan bahwa dibulan Ramadhan yang merupakan bulan maghfirah mempunyai 3 keutaman hari puasa ramadhan, 10 hari pertama bulan Ramadhan adalah fase rohmat (kasih-sayang) “awwaluhu rahmah” Allah terhadap seluruh hambanya yang berpuasa. 10 hari kedua bulan Ramadhan adalah fase maghfiroh (ampunan) “wa awsathuhu maghfirah” Allah terhadap hambanya yang berpuasadengan penuh keikhlasan. Dan 10 hari ketiga atau terakhir dari bulan ramadhan adalah fase “wa akhiruhu itqu minan-Nar” (dibebaskan dari api neraka), dan pada saat 10 hari ketiga ini kemulyaan ramadhan benar-benar diperlihatkan, karena didalamnya terhadap malam yang lebih mulya dari 1000 bulan, yaitu malam lailatul qodar.

Dari tulisan tersebut, tergambar betapa besar kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia ciptanNya, bersyukurlah bagi kita yang telah dapat melewati ketiga fase keistimewaan bulan Ramadhan. Maka tidaklah heran manusia taqwa selalu berlomba untuk meraih sebanyak mungkin kenikmatan ramadhan karena kondisi yang saat ini belum tentu akan datang dua kali, mereka berlomba menjadikan malam bagaikan siang, dipenuhinya rumah mereka dengan alunan ayat-ayat suci Al-Qur’an menyebut keagungan Illahi, disirami hati mereka dengan keikhlasan, menyantuni orang tidak mampu dan berlomba memperbanyak ilmu melalui jamaah kultum.

Tak jauh berbeda dengan yang penulis alami disekitar tempat tinggal di Pontianak.. Pujian kepada Allah dan Shalawat Rasul selalu berkumandang terlebih nantinya diwaktu 10 hari terakhir ramadhan biasanya sungai kapuaspun ikut menikmati dengan diselenggarakannya acara festival Ramadhan, Subhanallah Wa Bihamdihi SubhanAllahil Azim..
Semoga Allah senantiasa memberikan kanruniaNya agar kita senantiasa dapat memanfaatkan perjalanan hari Ramadhan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah. Amin.

 **dikutip dari beberapa tulisan mengenai Ramadhan dari berbagai sumber.

Minggu, 21 Juli 2013

SOSIALISASI PROGRAM BUDAYA DAN TARAWIH KANWIL DJKN KALBAR

SOSIALISASI PMK 127/2013 DAN TARAWIH DI KANWIL DJKN KALBAR

Beberapa hari yang lalu tepatnya kamis, 18 Juli 2013, hari ke sembilan bulan ramadhan 1434 Hijriah, Seluruh jajaran Kanwil DJKN Kalimantan Barat (Kalbar), melaksanakan acara Sosialisasi yang sekaligus melakukan kegiatan buka puasa bersama yang dilanjutkan sholat taraweh. Kejadian ini patut saya tulis dalam blog ini karena kegiatan seperti ini merupakan yang pertama kali dilakukan di Gedung Kanwil DJKN Kalimantan Barat yang beberapa waktu tepatnya Selasa, 23 April 2013 diresmikan oleh Bapak Hadiyanto Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

Acara buka puasa dan sholat tarawih hari kamis itu adalah merupakan ide Bapak Anugrah Komara selaku Kakanwil DJKN Kalbar, sebagai sarana ibadah sekaligus silaturahim keluarga besar DJKN Kalbar, kata beliau di sela-sela rapat berkaitan dengan acara presentasi pejabat yang telah melakukan pendidikan peningkatan mutu SDM beberapa waktu yang lalu.
Pada awalnya acara hari kamis adalah presentasi terkait sosialisasi Keputusan Menteri Keuangan Nomor 127/KMK.01/2013 tentang Program Budaya di Kementerian Keuangan yang disampaikan Bapak Sugeng Aprito Lestariadi Kabid Kepatuhan Internal, Hukum dan Informasi Kanwil DJKN Kalbar. Sesi kedua merupakan presentasi terkait Manajemen Risiko disampaikan oleh Ibu Lucy C. Sinaga beserta stafnya.

Sepertinya sosialisasi ini penting bagi peningkatan kinerja kantor sehingga peserta dapat bertahan dari jam 1 siang sampai sore, maklum pelaksanannya bertepatan bulan Ramadhan kemungkinan sepi bisa terjadi, tetapi sepertinya tidak bagi staf Kanwil DJKN Kalbar, mereka antusias mendengar sampai akhir acara, karena juga akan dilanjutkan dengan acara berbuka puasa bersama bagi yang menjalankannya dan sekaligus melaksanakan sholat tarawih bersama (“atau mungkin ini merupakan suatu daya tarik antusias peserta”).

Acara kegiatan dihadiri oleh pejabat dan staf dilingkungan Kanwil DJKN Kalbar termasuk KPKNL Pontianak dan KPKNL Singkawang. Menjelang pukul 17.30 pak Anugrah Komara selaku Kakanwil memberikan arahan pentingnya Program Budaya di Kementerian Keuangan agar dapat dilaksanakan di lingkungan Kanwil DJKN Kalbar, secara serentak dan dimulai pelaksanaannya dengan prioritas yang utama dalam memberikan pelayanan sekaligus peningkatan kinerja kantor.

Tak terasa adzan maghrib berkumandang.... peserta sosialisasi yang beragama Islam berbuka puasa bersama dengan yang tidak berpuasa, itulah salah satu keindahan silaturahim bulan Ramadhan. Satu persatu hidangan mulai berkurang dari meja besar maklum telah disantap peserta sosialisasi.
Selagi beberapa staf asyik menikmati manisnya kolak.. terdengar adzan memanggil untuk sholat maghrib bersama, suara merdu yang membuat peserta segera masuk ke aula yang semula tempat acara sosialisasi telah berubah menjadi tempat sholat berjamaah.
Awalnya dikira yang menyeru adzan adalah staf Kanwil tetapi ternyata adalah suara merdu dari pak Samsudin Kepala KPKNL Pontianak... duh terharunya melihat beliau begitu fasih mengumandangkan adzan  dan iqomah sebagai tanda dimulainya sholat maghrib yang diimami oleh pak Nanda sapaan akrab pak Widya Sananda Kepala Bidang Lelang Kanwil DJKN Kalbar.

Setelah maghrib pesertapun makan malam bersama, disaat itulah penulis melihat ada sesuatu yang berbeda dalam acara hari ini, di sela waktu menunggu isya dan tarawih terjadilah perbincangan rohani di lobby lantai III Kanwil, karena seperti biasa pak Samsudin Kepala KPKNL Pontianak yang duduk berdampingan dengan pak Anugrah memulai perbincangan diskusi mengenai sholat tarawih dan lainnya, yang tampak berbeda adalah adanya pak Ismu Bintoro Kabid PKN dan pak Sugeng Kabid KI dan HI yang non muslim turut mendengarkan dengan sesekali tersenyum melihat diskusi rohani tersebut.

“Saya mau dengar pendapat bapak-bapak terkait sholat tarawih, sebenarnya berapa rakaat yang sebaiknya dilakukan...” entah bertanya atau menguji kemampuan rekan-rekan mengenai pemahaman shalat taraweh atau sekedar pengisi pembicaraan, tapi itulah gaya pak Samsudin yang selalu terbuka dalam mengutarakan sesuatu dan juga untuk memulai sesuatu diskusi yang dapat menarik minat pendengarnya.

“Dua rakaat-dua rakaat pak” jawab pak Jarwo Kepala KPKNL Singkawang dengan semangat.
“Alasannya bahwa shalat sunnah biasanya dilakukan masing-masing 2 rakaat”lanjut beliau yang diamini oleh beberapa orang termasuk pak Sarifudin Salya dan juga Rohadi yang duduk diapit pak Ismu dan pak Sugeng yang selalu tersenyum.
“Rakaatnya 20 tarawih dan 3 rakaat witir, seperti di Makkah pak...” seru peserta lainnya menambahkan diskusi yang dilontarkan pak Samsudin.
“Bisa empat rakaat dan witir langsung tiga pak, jumlahnya 11 rakaat termasuk witir..” jawab pak Basri Kepala Seksi PKN I Kanwil DJKN Kalbar.
Dalam hati saya mungkin karena tadi waktu sholat subuh di Masjid Mujahidin bertemu saya yang bermakmum bersebelahan dan malam sebelumnya sholat tarawih dan witir disana dilaksanakan 11 rakaat.
“Pak sepertinya kita akan punya banyak da’i di Kanwil..”kata saya berbisik kepada pak Kanwil yang duduk didekat saya, beliau hanya tersenyum melihat semangat para pejabat di lingkungan Kanwil DJKN kalbar berdiskusi rohani, sepertinya menandakan betapa seriusnya mereka melaksanakan ibadah ramadhan.

“Sholat tarawih itu sunnah atau wajib di bulan Ramadhan...” diskusi baru lagi dilontarkan pak Samsudin, memang beliau piawai dalam hal melontarkan suatu ide pertanyaan, itulah kehebatan “pak haji” sebutan yang kadangkala diberikan kepada pak Samsudin, maklum beliau pernah berkunjung ke Makkah.
“sunnah tapi wajib pak...”jawaban peserta diskusi kepada pak Samsudin.
“maksudnya sunnah tapi wajib itu seperti apa sih...”kata pak Samsudin dengan senyum khasnya.
“sunnah yaitu dikerjakan berpahala dan ditinggalkan tidak apa-apa tapi kalau tarawih selama bulan Ramadhan bisa jadi wajib untuk melengkapi ibadah puasa dan sholatnya..”kata peserta lainnya.
Dalam hati saya mungkin maksudnya adalah sunnah mu’akad yaitu kegiatan yang sunnah tetapi mendekati wajib, dan pahalanya bisa dipersamakan dengan yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim, karena sebagian besar ulama menyatakan bahwa sholat tarawih merupakan sunnah mu’akad..

Perbincangan diskusi semakin seru, pak Samsudin pun tak kahabisan ide agar diskusi semakin hangat.
“Pandangan bapak semuanya tentang sholat tarawih bisa diterima, dan kita belum dengar lagi pendapat pak Nanda..”kata pak Samsudin yang bertambah semangat dengan adanya beberapa pandangan mengenai sholat tarawih, tapi itulah jawaban yang bijaksana menurut saya, karena terkait ibadah sholat semuanya adalah kembali kepada Allah Azza wa Jalla.
“Kalau saya nanti sajalah pak... waktunya sudah hampir isya..” jawab pak Nanda.
“Baik kita isya dulu, diskusi dilanjutkan lain kali..” pak Anugrah berkata dan bangkit dari duduknya untuk mengambil air wudlu. Kalau sudah ada instruksi pak Kanwil siapa yang berani menolak, peserta diskusi kecilpun bubar untuk menyegerakan berwudlu guna sholat berjamaah.

Tak lama panggilan sholatpun berkumandang, “hayya ‘alas shalah....” sekali lagi terdengar suara merdu pak Samsudin, walaupun sebagai Kepala Kantor ia masih mau melantunkan panggilan sholat.
Sebelum sholat isya berjamaah yang dilanjutkan dengan sholat tarawih, pak Widya Sananda atau pak Nanda selaku imam menyempatkan memberitahukan kepada makmum, bahwa nanti sholat tarawih yang akan dilaksanakan adalah 4 rakaat dan 4 rakaat dengan masing-masing satu kali salam, dan sholat witir 3 rakaat dengan satu kali salam, dengan alasan sebagaimana bunyi salah satu hadits yang disampaikan oleh isteri RasulAllah Aisyah radhiyallahu ‘anha yang melihat nabi melaksanakan shalat seperti itu. (mengenai hadits tarawih akan dijelaskan dalam tulisan tersendiri..red).

Setelah pembacaan do’a selesai shoalat isya, terdengar suara salah seorang jamaah shalat mengumandangkan penyeru sholat tarawih, “Assholat tarawih jami’ah rohimakumUllah...” sayapun melirik siapa penyerunya, rupanya pak Jarwo Kepala KPKNL Singkawang yang bersuara..
Kamipun mulai melaksanakan sholat tarawih bersama, setelah rakaat terakhir, pak Jarwopun menyeru untuk sholat witir...
Terasa memang berbeda sholat berjamaah kali ini, saya terharu mendengarnya disaat 2 orang Kepala KPKNL mau bertindak selaku penyeru pelaksanaan sholat.
“Bapak bersyukur, pelaksanaan sholat berjamaah dengan lancar dan baik, terlebih lagi dengan 2 Kepala KPKNL yang bertindak sebagai penyeru sholat...” kata saya.
“AlhamdulIllah.. Terimakasih pak...” jawab beliau disertai senyum khasnya..
Semoga Allah senantiasa melimpahkan hidayahNya kepada Bapak Anugrah Komara selaku Kakanwil dan segenap staf di lingkungan Kantor Wilayah DJKN Kalimantan Barat, Amin.