Selasa, 20 Agustus 2013

SAFARI RAMADHAN, MASJID PONTIANAK



KENANGAN RAMADHAN Di MASJID KOTA PONTIANAK (I).

Tak terasa waktu berjalan cepat, ramadhan 1434 Hijriyah telah usai banyak kenangan terekam dalam kehidupan penulis yang beberapa ingin dituangkan dalam catatan kali ini, tidak semua dapat terurai dalam tulisan, ramadhan telah semakin membuka bathin bahwa Allah Maha Rahman dan Maha Rahin, dengan adanya suatu perjalanan hari yang khusus bagi orang yang bertaqwa yaitu Ramadhan sebagai bulan maghfirah. Dihati ini terasa kehilangan saat Ramadhan berakhir, perasaan haru terasa kental disaat penulis melaksanakan shalat maghrib diakhir ramadhan, hanya do’a permohonan ampunan dan ridho kepada sang Khaliq yang terus terucap agar hari yang dilalui saat setelah Ramadhan dapat memberikan peningkatan iman dan ampunanNya.
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni” (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, makka maafkanlah aku) HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah.

Pada ramadhan ini, penulis mencoba melakukan hal yang berbeda daripada perjalanan malam ramadhan tahun sebelumnya, melakukan safari ramadhan pada beberapa masjid yang berada di kota Pontianak, keanekaragaman tatacara doa setelah shalat dirasakan yang kesemuanya adalah bertujuan satu, yaitu memuji keAgungan Allah Yang Maha SegalaNya disertai salawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SallAllahualaihi Wasalam..... LaillahaillAllah Muhammad RasullAllah.

Pelaksanaan shalat tarawih di kota Pontianak terasa syiarnya, masjid-masjid selalu dipenuhi jamaah ummat Islam, yang akan menunaikan shalat malam guna melengkapi ibadah puasa siang hari, terutama pada awal Ramadhan sampai jamaah berada diluar gedung Masjid.
Ramadhan memang beda, beberapa hari menjelang puasa masjid-masjid di kota Pontianak menghias diri dan membentuk kepanitiaan agar perjalanan ibadah di bulan Ramadhan bisa terlaksana dengan baik, mereka menyambut datangnya Ramadhan dengan penuh pengharapan ridho Allah di bulan maghfirah.

Shalat Tarawih dilaksanakan pada masjid beraneka cara, ada yang melakukan Kultum atau ceramah saat menjelang shalat tarawih setelah shalat isya, namun juga ada yang langsung shalat tarawih setelah istirahat sejenak menunaikan shalat sunnah ba’da isya. Mengenai jumlah rakaat shalat  tarawih juga berbeda ada yang melaksanakan 20 rakaat maupun 8 rakaat, shalat witir yang melaksanakan 2 rakaat + 1 rakaat dan ada yang melaksanakan 3 rakaat dengan satu kali salam.

Untuk melengkapi kenangan terkait pengalaman penulis pada bulan suci Ramadhan di kota Pontianak kali ini, ada beberapa masjid yang telah dikunjungi penulis sekaligus untuk mengetahui keragaman tatacara pelaksanaan ibadah shalat dibulan Ramadhan khususnya shalat tarawih.

Masjid Mujahidin, merupakan masjid favorit karena Masjid Raya terbesar di Kota Pontianak, yang letaknya tidak terlalu jauh dari “asrama Surya Ungu” sudah pasti saat berkunjung dengan pendamping setia “phanter 1308”, Masjid ini selalu mengadakan kultum (kuliah tujuh menit) istilah trend bagi ceramah di Masjid selain ceramah Jum’at atau kegiatan khusus lainnya walaupun pada pelaksanaannya bisa lebih dari 30 menit. Kultum dilaksanakan setelah shalat isya sebelum shalat tarawih dan juga dilaksanakan setelah shalat shubuh.

Di masjid ini terasa bagai dimasjid dekat rumah orangtuaku Masjid Baabut-Taubah di Pulomas Jakarta, yang sering mengumandangkan surah Al-Qur’an dengan ayat yang cukup panjang (lama) bahkan kadangkala dilaksanakan sujud Tilawah setelah Imam mengumandangkan ayat-ayat sajdah, dikala pelaksanaan shalat isya, tarawih dan shubuh.

Imam shalat tarawih dan shalat shubuh di Masjid Mujahidin ini biasanya adalah hafiz (hafal) Al-Qur’an dan Qori (pembaca) Al-Qur’an yang pernah ikut dalam lomba MTQ Kalimantan Barat, jadi jamaah ma’mumnyapun ikut merasa sejuk mendengarnya (...sudah pasti bila Al-Qur’an dibaca benar dengan panjang-pendek dan tajwidnya insyaAllah dapat menyejukan hati yang mendengar..).

Bahkan penceramah kultum merupakan Da’i (penceramah) yang terkenal di Pontianak dan mempunyai kemampuan khusus dalam membawakan isi ceramah kultumnya, bahkan pernah salah seorang merupakan “mumpuni” hadits, dan juga pernah salah seorang ketua pembimbing Qori-Qoriah Kalimantan Barat pada MTQ Tingkat Nasional memberikan kultum ceramah terkait ilmu yang mereka kuasai, maklumlah masjid raya Pontianak sudah pasti mempunyai kualitas tersendiri untuk syiarnya islam.

Masjid Mujahidin bagi penulis mempunyai kenangan tersendiri, karena sebelum memasuki bulan Ramadhan ini penulis sering berkunjung ke Masjid Mujahidin bersama pak Tri Suwarto, sebelum beliau memasuki saat purnabhakti, kami berdua sering berkunjung kesana baik saat shalat shubuh, maghrib maupun isya, kadangkala berboncengan dengan motor yang dikendarai pak Tri panggilan akrab beliau yang merupakan pencetus “Mujahidin Shubuh Club” (MSc) (karena penulis sudah lupa untuk bisa mengendarai motor jadi hanya bisa ikut bonceng saja...) Terimakasih pak Tri atas kebersamaannya, semoga Allah Yang Maha Bijaksana selalu memberikan rahmat dan hidayahNya kepada pak Tri walaupun sudah purnabhakti tetap semangat mencintai masjid..., Amin.

Di Masjid ini juga pertama kali dalam hidup penulis dapat melaksanakan shalat shubuh bersama dengan Kepala Kantor Wilayah DJKN pak Anugrah Komara, bahkan beliau beberapa kali bersama turut mendengarkan kultum shubuh namanya (tapi lama waktu ceramah sekitar 30 menit bahkan lebih dan di laksanakan setelah shalat shubuh), walau kadangkala dengan mata yang sayu karena mengantuk tapi semangat Ramadhan telah membuat beliau bertahan mendengarkan yang usainya hampir mendekati jam 06.00 pagi... SubhanAllah, semoga Allah senantiasa memberikan pahala yang berlimpah atas kehadiran pak Anugrah saat shalat shubuh dan ikut kultumnya, serta insyaAllah tetap berlanjut setelah Ramadhan usai.., Amin.

Masjid yang sering dikunjungi penulis selain Masjid Mujahidin adalah Masjid Al-Jamaah, salah satu masjid yang sering dikunjungi terutama pada shalat hari biasa, letaknya diujung jalan Surya dan jalan Sumatera, merupakan Masjid terdekat dengan “asrama Surya Ungu” tempat tinggal penulis saat ini, dengan bangunan sebagian besar terdiri dari kayu dan ditambah dengan AC membuat jamaah bisa lebih tenang melaksanakan shalat. Untuk shalat tarawih dilaksanakan dengan 23 rakaat termasuk shalat witir.

Kekhususan masjid ini adalah saat bulan Ramadhan tiba, maka dihalaman depan masjid selalu penuh dengan pedagang ‘juadah’ yaitu penjual makanan yang hanya dijual saat sore hari pada bulan suci Ramadhan, sangat membantu untuk kaum muslimin yang tidak sempat masak terutama “anak asrama atau anak kost” untuk membeli makanan berbuka ataupun persiapan makan sahur.

Sebagai informasi, untuk makanan yang dijualpun beranekaragam, ada kolak pisang, ubi dan kolangkaling seharga Rp. 3.500 – Rp. 5.000, ada masakan rendang seharga Rp. 6.000,- perpotong kecil. Ada juga dijual ayam dan ikan bakar, bahkan mpek-mpek masakan khas palembangpun dijajakan harganya cukup meriah antara Rp. 8.000 – Rp. 12.000,- (maaf untuk selingan perlu juga disebutkan jenis dan harga makanan, bukan ajang promosi....)

Ramadhan kali ini memang memberikan kesan kenangan yang berbeda, demikian yang dikatakan pak Anugrah Kepala Kanwil DJKN Kalbar pada saat hari Senin 12 Agustus 2013, kami memulai kerja kantor kembali setelah usai liburan iedul-fitri di rumah masing-masing.

WiNanda-2013

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar